Translate Please... Vv

Jumat, 02 November 2012

Mewaspadai Sikap Takabur Dengan Bersikap Tawadhu'

Bismillaah...

Sebuah catatan kecil sebagai pengingat untuk diri yang kerap kali lalai...

  • Sahabat Abdillaah bin Mas’ud radhiyallaahu 'anhu berkata, bahwa Rosulullooh shollalloohu 'alaihi wasallam bersabda: “Seseorang yang di dalam hatinya masih terdapat rasa takabur walau hanya seberat biji sawi dia tidak akan berhak masuk surga.” Kemudian ada seorang lelaki berkata: “Ya Rosulullooh, bagaimana halnya dengan seseorang yang suka memakai pakaian bagus dan sepatu bagus?” Rosulullooh  shollalloohu 'alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya ALLOOH Subhanahu wata'ala  adalah Dzat yang bagus, dan cinta kepada segala kebagusan. Sedang yang dinamakan takabur adalah mengingkari kebenaran serta sombong terhadap sesama manusia.” (HR. Muslim dan Tirmidzi).
  • Sahabat Ibnu Umar radhiyallaahu 'anhu  berkata, bahwa Rosulullooh shollalloohu 'alaihi wasallam  telah bersabda: “Pada zaman dahulu ada seorang lelaki memakai pakaian hingga menyentuh tanah dan berjalan sambil menarik- narik pakaiannya dengan penuh rasa bangga. Lalu orang tersebut ditenggelamkan ke bumi hingga hari kiamat nanti.” (HR. Bukhari dan Nasai).
  • Sahabat Ibnu Umar radhiyallaahu 'anhu  berkata, bahwa Rosulullooh shollalloohu 'alaihi wasallam  telah bersabda: “Barangsiapa menarik-narik pakaiannya lantaran pamer serta sombong, maka ALLOOH Subhanahu wata'ala  tidak akan memperdulikannya pada hari kiamat nanti.” Kemudian Abu Bakar berkata: “Ya Rosulullooh, kain sarungku sangat panjang hingga sampai ke tanah, dan bila berjalan aku selalu menariknya. Tetapi yang demikian aku maksudkan untuk menjaga aurat” Lalu Rosulullooh shollalloohu 'alaihi wasallam  bersabda: “Sesungguhnya engkau tidak termasuk golongan orang yang pamer serta sombong dalam berpakaian.” (HR. Malik dan Bukhari).
  • Sahabat Iyadh bin Hamar  radhiyallaahu 'anhu berkata, bahwa Rosulullooh shollalloohu 'alaihi wasallam  telah bersabda: “ALLOOH  Subhanahu wata'ala telah memberikan wahyu kepadaku agar supaya kamu sekalian bersifat lawadhu’ (merendahkan diri), sehingga di antara sesama manusia tidak ada lagi saling hina-menghina serta saling membanggakan diri.” (HR. Muslim dan Abu Dawud).
  • Sahabat Abi Hurairah  radhiyallaahu 'anhu berkata, bahwa Rosulullooh bersabda: “ALLOOH Subhanahu wata'ala  berfirman, bahwa kemuliaan adalah pakaian milik-Nya dan sifat takabur adalah hiasan milik-Nya. Karena itu barangsiapa meminjam pakaian dan perhiasan ALLOOH Subhanahu wata'ala , maka akan dimasukkan ke dalam neraka.” (HR. Muslim).
  • Sahabat Abi Hurairah  radhiyallaahu 'anhu berkata, bahwa Rosulullooh shollalloohu 'alaihi wasallam  bersabda: “Ada tiga orang yang kelak di hari kiamat ALLOOH Subhanahu wata'ala tidak akan berbicara dengannya, tidak akan memuliakannya, serta tidak akan memandangnya, dan bagi mereka siksa yang sangat menyakitkan. Mereka adalah orang tua yang berzina, pemimpin yang berkhianat, dan orang fakir yang takabur.” (HR. Muslim dan Nasai).
  • Sahabat Abi Hurairah radhiyallaahu 'anhu  berkata, bahwa Rosulullooh shollalloohu 'alaihi wasallam  bersabda: “Ada empat orang yang sangat dibenci ALLOOH Subhanahu wata'ala. Yakni orang yang berjualan dengan menggunakan sumpah, orang fakir yang takabur, orang tua yang berzina, dan pemimpin yang curang.” (HR. Nasai dan Ibnu Hibban di dalam kitab shahihnya).
  • Imam Bukhari dan yang lain mengetengahkan sebuah riwayat, bahwa Rosulullooh shollalloohu 'alaihi wasallam  bersabda: “Orang yang memakai kain sarung atau celana di bawah betis (dengan maksud sombong), dia akan dimasukkan ke dalam neraka.”
  • Bukhari dan yang lain mengetengahkan sebuah riwayat, bahwa Rosulullooh shollalloohu 'alaihi wasallam  bersabda: “Pada hari kiamat nanti ALLOOH Subhanahu wata'ala tidak akan memandang orang yang menyeret pakaiannya karena pamer serta membanggakan diri.”

Ali radhiyallaahu 'anhu terkenal dengan kata-katanya: ”Lihatlah apa yang diucapkan dan jangan lihat siapa yang mengucapkan.” 

Orang yang takabur biasanya lupa bahwa alasan yang melatarinya untuk berbuat demikian tidaklah abadi pada dirinya. Kenikmatan yang ia rasakan, yang dengannya ia menyombongkan diri hanyalah bersifat sementara. ALLOOH Subhanahu wata'ala bisa mencabutnya dalam waktu yang cepat dan tak terkira.
Tidak peduli apakah kenikmatan yang kemudian disombongkan itu berupa harta, keturunan, popularitas, jabatan, kekuasaan, dan sebagainya. Perihalnya menyerupai orang yang digambarkan ALLOOH Subhanahu wata'ala dalam salah satu firman-Nya:

Dan dia memasuki kebun sedangkan dia zalim terhadap dirinya sendiri. Ia berkata, "Aku kira kebun itu tidak akan binasa selama-lamanya, dan aku tidak mengira hari kiamat itu akan datang. Sekiranya aku dikembalikan kepada Tuhanku pasti aku akan mendapatkan tempat yang lebih baik daripada kebun-kebunku itu." (QS. Al-Kahfi : 35-36)

Sikap Tawadhu’ Orang Lain yang Berlebihan ini adalah faktor eksternal yang bisa menyebabkan seseorang mejadi takabur. Sebab orang-orang di sekelilingnya terlalu tawadhu secara berlebihan kepada dirinya. Sebab ini sering dijumpai pada pemimpin atau guru yang takabur disebabkan lingkungan seperti ini. 
Pengikut yang tawadhu', selalu menghormatinya, dan tidak pernah menasehatinya, mengarahkan seseorang berpikiran bahwa ia adalah orang mulia dan jauh dari kesalahan. Guru yang selalu dihormati muridnya dan mendapatkan kemuliaan dari mereka juga berpotensi menganggap dirinya sempurna. Jadilah ia takabur. Tidak menutup kemungkinan hal ini juga menimpa ulama. Karenanya mencium tangan seseorang baik itu pemimpin maupun ulama dimakruhkan oleh sebagian ulama.
Begitu pula penghormatan dengan berdiri dan berbagai bentuknya. Selain itu merupakan bentuk ketawadhu'an yang memperlemah posisi orang yang melakukan, juga bisa menjadi faktor penyebab takabur bagi orang yang diberi penghormatan.
Rosulullooh shollalloohu 'alaihi wasallam  bersabda:

Barangsiapa yang suka agar orang-orang berdiri untuk menghormatinya, maka bersiaplah untuk menempati tempat duduk dari api neraka. (HR. Abu Daud)
 
Dalam kesempatan yang lain beliau bersabda:

Janganlah kalian berdiri menyerupai orang-orang yang saling mengagungkan satu sama lain (HR. Abu Daud)
  
Selain ketawadhuan, pujian orang lain didepan seseorang juga berpotensi membawa takabur pada orang yang dipuji. Karenanya Rosulullooh  shollalloohu 'alaihi wasallam mengingatkan, bahkan dengan tegas kepada orang yang suka memuji orang lain di depannya, apalagi secara tidak proporsional. Rosulullooh  shollalloohu 'alaihi wasallam memerintahkan kami untuk menaburkan tanah ke muka orang yang suka memuji (HR. Muslim)




Tidak ada komentar:

Posting Komentar