Bismillaah...
Sebuah catatan kecil sebagai pengingat untuk diri yang kerap kali lalai...
- Sahabat Abdillaah bin Mas’ud radhiyallaahu 'anhu berkata, bahwa Rosulullooh shollalloohu 'alaihi wasallam
bersabda: “Seseorang yang di dalam hatinya masih terdapat rasa takabur
walau hanya seberat biji sawi dia tidak akan berhak masuk surga.”
Kemudian ada seorang lelaki berkata: “Ya Rosulullooh, bagaimana
halnya dengan seseorang yang suka memakai pakaian bagus dan sepatu
bagus?” Rosulullooh shollalloohu 'alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya ALLOOH Subhanahu wata'ala adalah Dzat yang bagus,
dan cinta kepada segala kebagusan. Sedang yang dinamakan takabur adalah
mengingkari kebenaran serta sombong terhadap sesama manusia.” (HR.
Muslim dan Tirmidzi).
- Sahabat Ibnu Umar radhiyallaahu 'anhu berkata, bahwa Rosulullooh shollalloohu 'alaihi wasallam telah bersabda:
“Pada zaman dahulu ada seorang lelaki memakai pakaian hingga menyentuh
tanah dan berjalan sambil menarik- narik pakaiannya dengan penuh rasa
bangga. Lalu orang tersebut ditenggelamkan ke bumi hingga hari kiamat
nanti.” (HR. Bukhari dan Nasai).
- Sahabat Ibnu Umar radhiyallaahu 'anhu berkata, bahwa Rosulullooh shollalloohu 'alaihi wasallam telah bersabda:
“Barangsiapa menarik-narik pakaiannya lantaran pamer serta sombong, maka
ALLOOH Subhanahu wata'ala tidak akan memperdulikannya pada hari kiamat nanti.” Kemudian Abu
Bakar berkata: “Ya Rosulullooh, kain sarungku sangat panjang hingga
sampai ke tanah, dan bila berjalan aku selalu menariknya. Tetapi yang
demikian aku maksudkan untuk menjaga aurat” Lalu Rosulullooh shollalloohu 'alaihi wasallam bersabda:
“Sesungguhnya engkau tidak termasuk golongan orang yang pamer serta
sombong dalam berpakaian.” (HR. Malik dan Bukhari).
- Sahabat Iyadh bin Hamar radhiyallaahu 'anhu berkata, bahwa Rosulullooh shollalloohu 'alaihi wasallam telah
bersabda: “ALLOOH Subhanahu wata'ala telah memberikan wahyu kepadaku agar supaya kamu
sekalian bersifat lawadhu’ (merendahkan diri), sehingga di antara
sesama manusia tidak ada lagi saling hina-menghina serta saling
membanggakan diri.” (HR. Muslim dan Abu Dawud).
- Sahabat Abi Hurairah radhiyallaahu 'anhu berkata, bahwa Rosulullooh
bersabda: “ALLOOH Subhanahu wata'ala berfirman, bahwa kemuliaan adalah pakaian milik-Nya
dan sifat takabur adalah hiasan milik-Nya. Karena itu barangsiapa
meminjam pakaian dan perhiasan ALLOOH Subhanahu wata'ala , maka akan dimasukkan ke dalam
neraka.” (HR. Muslim).
- Sahabat Abi Hurairah radhiyallaahu 'anhu berkata, bahwa Rosulullooh shollalloohu 'alaihi wasallam
bersabda: “Ada tiga orang yang kelak di hari kiamat ALLOOH Subhanahu wata'ala tidak akan
berbicara dengannya, tidak akan memuliakannya, serta tidak akan
memandangnya, dan bagi mereka siksa yang sangat menyakitkan. Mereka
adalah orang tua yang berzina, pemimpin yang berkhianat, dan orang fakir
yang takabur.” (HR. Muslim dan Nasai).
- Sahabat Abi Hurairah radhiyallaahu 'anhu berkata, bahwa Rosulullooh shollalloohu 'alaihi wasallam
bersabda: “Ada empat orang yang sangat dibenci ALLOOH Subhanahu wata'ala. Yakni orang yang
berjualan dengan menggunakan sumpah, orang fakir yang takabur, orang tua
yang berzina, dan pemimpin yang curang.” (HR. Nasai dan Ibnu Hibban di
dalam kitab shahihnya).
- Imam Bukhari dan yang lain mengetengahkan sebuah riwayat, bahwa
Rosulullooh shollalloohu 'alaihi wasallam bersabda: “Orang yang memakai kain sarung atau
celana di bawah betis (dengan maksud sombong), dia akan dimasukkan ke
dalam neraka.”
- Bukhari dan yang lain mengetengahkan sebuah riwayat, bahwa Rosulullooh shollalloohu 'alaihi wasallam bersabda: “Pada hari kiamat nanti ALLOOH Subhanahu wata'ala tidak akan
memandang orang yang menyeret pakaiannya karena pamer serta membanggakan
diri.”
Ali radhiyallaahu 'anhu terkenal dengan kata-katanya: ”Lihatlah apa
yang diucapkan dan jangan lihat siapa yang mengucapkan.”
Orang yang takabur biasanya lupa bahwa alasan yang melatarinya untuk
berbuat demikian tidaklah abadi pada dirinya. Kenikmatan yang ia
rasakan, yang dengannya ia menyombongkan diri hanyalah bersifat
sementara. ALLOOH Subhanahu wata'ala bisa mencabutnya dalam waktu yang cepat dan tak
terkira.
Tidak peduli apakah kenikmatan yang kemudian disombongkan itu berupa
harta, keturunan, popularitas, jabatan, kekuasaan, dan sebagainya.
Perihalnya menyerupai orang yang digambarkan ALLOOH Subhanahu wata'ala dalam salah satu
firman-Nya:
Dan dia memasuki kebun sedangkan dia zalim terhadap
dirinya sendiri. Ia berkata, "Aku kira kebun itu tidak akan binasa
selama-lamanya, dan aku tidak mengira hari kiamat itu akan datang.
Sekiranya aku dikembalikan kepada Tuhanku pasti aku akan mendapatkan
tempat yang lebih baik daripada kebun-kebunku itu." (QS. Al-Kahfi :
35-36)
Sikap Tawadhu’ Orang Lain yang Berlebihan ini adalah faktor eksternal yang bisa menyebabkan seseorang mejadi
takabur. Sebab orang-orang di sekelilingnya terlalu tawadhu secara
berlebihan kepada dirinya. Sebab ini sering dijumpai pada pemimpin atau
guru yang takabur disebabkan lingkungan seperti ini.
Pengikut yang
tawadhu', selalu menghormatinya, dan tidak pernah menasehatinya,
mengarahkan seseorang berpikiran bahwa ia adalah orang mulia dan jauh
dari kesalahan. Guru yang selalu dihormati muridnya dan mendapatkan
kemuliaan dari mereka juga berpotensi menganggap dirinya sempurna.
Jadilah ia takabur. Tidak menutup kemungkinan hal ini juga menimpa
ulama. Karenanya mencium tangan seseorang baik itu pemimpin maupun ulama
dimakruhkan oleh sebagian ulama.
Begitu pula penghormatan dengan berdiri dan berbagai bentuknya.
Selain itu merupakan bentuk ketawadhu'an yang memperlemah posisi orang
yang melakukan, juga bisa menjadi faktor penyebab takabur bagi orang
yang diberi penghormatan.
Rosulullooh shollalloohu 'alaihi wasallam bersabda:
Barangsiapa yang suka agar orang-orang berdiri untuk
menghormatinya, maka bersiaplah untuk menempati tempat duduk dari api
neraka. (HR. Abu Daud)
Dalam kesempatan yang lain beliau bersabda:
Janganlah kalian berdiri menyerupai orang-orang yang saling mengagungkan satu sama lain (HR. Abu Daud)
Selain ketawadhuan, pujian orang lain didepan seseorang juga
berpotensi membawa takabur pada orang yang dipuji. Karenanya Rosulullooh shollalloohu 'alaihi wasallam
mengingatkan, bahkan dengan tegas kepada orang yang suka memuji orang
lain di depannya, apalagi secara tidak proporsional.
Rosulullooh shollalloohu 'alaihi wasallam memerintahkan kami untuk menaburkan tanah ke muka orang yang suka memuji (HR. Muslim)